Minggu, 14 Oktober 2012

Kisah Jenderal yang setia pada Bung Karno, berani melawan Soeharto.



Pada akhirnya setiap orang memang harus mati, banyak orang meninggal oleh kematian secara alami, hanya sedikit yang dikarenakan oleh kecelakaan, ada beberapa orang tidak mati secara alami tetapi dibunuh oleh pembunuh, Beberapa pembunuh tertangkap setelah melakukan pembunuhan, tetapi ada juga pembunuh yang belum tertangkap. Karena itu saya akan menceritakan salah satu yang saya duga adalah bentuk pembunuhan yang misteri dan belum terpecahkan sampai sekarang ini.

Siapa yang tidak kenal Letnan Jenderal KKO Hartono, beliau adalah Perwira tinggi yang berani terang-terangan mendukung Bung Karno. Ucapannya yang terkenal adalah “Putih Kata Bung Karno, Putih Kata KKO, Hitam kata Bung Karno, Hitam kata KKO” ini adalah ucapan kesetiaan prajurit komando pada pimpinan. Letnan Jenderal KKO Hartono sangat terkenal sebagai loyalis Soekarno, bahkan pernah menyediakan diri dan pasukannya untuk menghadapi pasukan Soeharto, namun dicegah Soekarno. Tak lama setelah itu ada demo di jalan yang dilakukan prajurit KKO di Surabaya. Slogan terkenal Demo itu adalah “Pejah Gesang Melu Bung Karno” Hidup Mati Ikut Bung Karno. Kejadian itu di tahun 1966.
Hal ini jelas membuat khawatir Suharto, maka Suharto memerintahkan Jenderal Sumitro untuk ke Surabaya yang tujuan utamanya adalah memapankan kekuasaan Suharto. Di Surabaya Soemitro mengumpulkan semua mantan Panglima Brawijaya, kecuali Panglima Brawijaya yang pertama Imam Soedja’i yang emang udah meninggal di tahun 1953. Disana Sumitro juga mengeliminir perbedaan antara Resimen Ronggolawe dengan Resimen Narotama yang selalu menjadi rival di dalam tubuh Brawijaya. Sumitro juga melancarkan serangan ke Jenderal Hartono, yang kemudian akhirnya Letnan Jenderal KKO Hartono di dubeskan ke Pyongyang tahun 1968. Saat menjadi Dubes Korea di Pyongyang ia dipanggil di Jakarta pada tahun 1971 dan kemudian dikabarkan bunuh diri dengan cara menembakkan pistol di belakang kepalanya
Tapi apa benar kabar Letjen KKO Bunuh diri ? Mengapa Pemerintah Orde baru tidak mau berterus terang selain hanya mengatakan bahwa Letnan Jenderal KKO Hartono mati bunuh diri. Seandainya Pemerintah Orde Baru mau berterus terang lewat berbagai argumentasi ilmiah, mungkin kematian Letnan Jenderal KKO (sekarang Marinir) Hartono yang sudah terjadi 41 tahun lalu tidak lagi menjadi bahan pembicaraan Negatif di kalangan rekan sejawatnya. Korban yang dimakamkan secara militer di Taman Makam Pahlawan Kalibata Jakarta Selatan pada tanggal 7 Januari 1971 diduga meninggal di kediamannya jalan Prof Dr Soepomo akibat pembunuhan oleh orang tak dikenal.
Terkait kematiannya banyak yang meragukan termasuk banyak berita yang mengabarkan tentang keraguan Letjen KKO Hartono bunuh diri. Beberapa sahabat korban belum yakin benar rekannya itu meninggal akibat bunuh diri adalah Letjen KKO (Pur) Ali Sadikin Almarhum, mantan Gubernur DKI Jaya dan Laksamana Madya Rachmat Sumengkar, mantan Wakil KSAL. Kedua tokoh TNI AL ini menyebutkan, sulit untuk mengatakan Letjen KKO Hartono bunuh diri hanya dengan data yang ditemukan di kediaman korban pada waktu itu. Disebutkan, dari data yang mereka miliki terlihat korban bukan tipe manusia yang mudah putus asa. Apalagi mau bunuh diri hanya karena ada dugaan ia putus asa atas hasil pekerjaannya yang tidak berhasil sebagai Duta Besar Luar Biasa untuk Korea Utara. ” Saya masih ragu jika Letjen Hartono disebut sebagai bunuh diri”, ujar Rachmat Sumengkar.
Ditambah lagi dengan data yang menyebutkan, korban tidak divisum oleh dokter Rumah Sakit Angkatan Laut ataupun RSCM yang waktu itu dinilai netral setelah ditemukan meninggal di rumahnya sekitar pukul 05.30. Tapi oleh petugas rezim Orde Baru, mayat korban langsung dibawa ke Rumah Sakit Angkatan Darat. Baru setelah itu mayatnya disemayamkan di rumahnya untuk kemudian dibawa ke Taman Makam Pahlawan Kalibata Jakarta Selatan untuk dimakamkan secara militer sebagai kesuma bangsa dengan inspektur upacara KSAL Laksamana Madya Soedomo.
Peristiwa kematian Letjen KKO Hartono harus ditelusuri kembali oleh pemerintah agar masalahnya bisa jelas dan tidak menjadi bahan pertanyaan generasi muda dimasa mendatang.  Jika kasus kematian korban tetap dinyatakan sebagai bunuh diri hanya dengan data yang ada dari rezim Orde Baru dikhawatirkan misteri ini akan terus berlangsung dan generasi muda mendatang mendapatkan sejarah bahwa seorang tokoh Marinir telah meninggal secara misterius terkait dengan ucapannya yang pernah menggegerkan masyarakat yang menyebutkan, “Putih kata Presiden Sukarno, putih pula kata KKO. Hitam kata Presiden Sukarno, hitam pula kata KKO”. Jikahal ini ada kaitannya, perlu ada penelusuran agar sejarahnya bisa diluruskan.
Selamat jalan Jenderal Hartono, jasa-jasamu kepada ibu pertiwi tetap abadi....

1 komentar:

 

Copyright © Hidup adalah Perjuangan Design by Free CSS Templates | Blogger Theme by BTDesigner | Powered by Blogger