Garuda merupakan gambaran seekor burung yang
tidak nyata. Kita dapat melihat bentuk Garudamukha pada relief-relief candi di
Indonesia, seperti Candi Prambanan (Jawa Tengah), Candi Penataran (Blitar),
Candi Tigawangi seperti gambar disamping (Kediri) , Dinding bangunan makam
Setono Gedong/Mbah Wasil (Kediri). Gambaran bentuk burung Garuda terdapat dalam
kitab ajaran Hindu. Dalam ajaran agama Hindu kita mengenal adanya Tri Murti,
yaitu ;
1. Syiwa (Dewa penguasa dan perusak alam
semesta) yang mempunyai laksana seekor Lembu Nandi
2. Brahma (Dewa Pencipta alam) yang mempunyai
laksana seekor angsa
3. Wisnu (Dewa Pelindung Dunia) yang mempunyai
laksana seekor burung bernama Garudamukha, yaitu seekor burung yang berwajah
setengah raksasa.
Gambaran jelas bentuk dari garudamukha dapat
kita lihat di Museum Trowulan Mojokerto. Di museum ini terdapat arca perwujudan
Airlangga sebagai dewa Wisnu yang sedang menunggang Garuda. Arca yang sangat
bersejarah ini sekarang dalam kondisi yang cukup baik setelah diadakan
perawatan dengan menggunakan klem dari baja, mengingat kondisinya yang sudah
retak-retak bahkan patah di bagian-bagian tertentu.
Keterangan Gambar : Patung perwujudan
airlangga sebagai Dewa Wisnu yang sedang mengendarai Garuda (sekarang disimpan
di museum Trowulan Mojokerto)
Sumber Gambar : Dokumen Pribadi
Bentuk burung ini tidak akan kita jumpai di
kehidupan nyata, karena hanya ada di dalam ajaran agama Hindu. Didalam Kitab
Ramayana karya Mpu Walmiki kita mengenal adanya “Burung Jathayu” yang bentuknya
sama dengan Garuda. Dalam kitab tersebut Jathayu digambarkan bertarung melawan
Rahwana karena ingin menyelamatkan dewi Shinta yang diculik oleh Rahwana.
Gambaran sifat Jathayu ini sama dengan Garudha yang mempunyai sifat sebagai
pelindung
Dalam kehidupan nyata kita dapat
mempersonifikasikan burung Garuda ini dengan burung Rajawali, seekor burung
yang dijuluki Raja Udara karena keperkasaannya. Gambaran bentuk kepala burung
rajawali inilah yang digunakan oleh Sultan Hamid II dari Pontianak untuk
menggambarkan bentuk burung Garuda, atas tugas dari presiden Soekarno. Bahkan
kita banyak yang kurang tahu bahwa nama lengkap dari lambang negara kita adalah
“RAJAWALI GARUDA PANCASILA”, karena kita lebih familier dengan nama Garuda
Pancasila
Mengapa Burung Garuda, bukan Burung Rajawali
....?
Untuk membahas masalah ini ada pesan Presiden Soekarno
Dalam pidatonya yang sangat terkenal “JAS
MERAH”.
Jangan Sekali-kali Melupakan sejaRAH...!!!!
Bangsa yang melupakan sejarah bangsanya sendiri niscaya akan hancur. Sejarah
adalah masa lampau. Masa lampau adalah pengalaman dan Pengalaman adalah Guru
yang terbaik....... Dengan kata lain "sejarah adalah masa lampau yang
dapat digunakan sebagai pengalaman atau cermin untuk melangkah ke masa
depan......"
Kembali ke Garudha. Pada masa berkembangnya
kerajaan-kerajaan Hindu di Indonesia di Negara kita muncul beberapa Kerajaan
Hindu yang besar dan sangat disegani oleh kerajaan-kerajaan lain. Bahkan ada
kerajaan Hindu yang kekuasaan sangat luas sampai ke Asia Tenggara, yaitu
Majapahit. Banyak dari kerajaan-kerajaan Hindu di Indonesia waktu itu
menggambarkan sosok penguasanya ( rajanya ) sebagai Dewa Wisnu, dewa pelindung
dunia yang mempunyai laksana seekor Garudhamukha. Karena selalu bersama dengan
wisnu Garudha juga mempunyai sifat sebagai pelindung yang dipercaya akan
melindungi rakyat dari segala marabahaya.
Nampaknya sejarah panjang kebesaran
kerajaan-kerajaan Hindu inilah yang mengilhami pemikiran pemerintah di bawah
kepemimpinan Presiden Soekarno untuk menggambarkan sosok “Garuda” ini menjadi
lambang negara RI. Bahkan pada sosok Rajawali garuda Pancasila ini ditambahkan
sebuah pita dengan tulisan “Bhineka Tunggal Ika”. Sebuah semboyan yang sudah
sangat akrab di telinga masyarakat Majapahit pada abad ke 15, "Bhineka
Tunggal Ika Tan Hana Dharma Mangrwa" Semboyan ini terdapat dalam sebuah
Kitab yang ditulis oleh Mpu Tantular, yaitu Sutasoma. Sebuah buku yang
menggambarkan bagaimana rukunnya masyarakat Majapahit pada waktu itu walaupun
mempunyai berbagai macam agama atau keyakinan. Keadaan ini persis sama dengan
keadaan bangsa Indonesia yang merupakan bangsa paling majemuk di seluruh dunia,
mulai dari Suku, Agama, Adat maupun Ras.
Bahkan lambang Garudhamuka ini juga dapat kita
jumpai pada bangunan peninggalan budya Islam, yaitu sebuah masjid dan makam
auliya Sunan Wasil/Mbah Wasil di Kelurahan Setono Gedong Kecamatan Kota, Kota
Kediri. Pada bangunan makam ini terdapat relief Garudhamukha yang mengembangkan
sayap dengan kepala menoleh ke kanan. Ini menggambarkan bahwa akulturasi budaya
bangsa Indonesia begitu kuat (akulturasi budaya Hidu dan Islam). Saling
menghargai dan menghormati kebudayaan dan keyakinan masyarakat sangat tinggi,
sesuai dengan semboyan Bhineka Tunggal Ika.
Kesimpulannya bahwa pemakaian lambang Garuda
dengan sayap mengembang dilengkapi Pita bertulis Bhineka Tunggal Ika bermakna
bahwa pada saat itu para pemimpin kita dibawah Pemerintahan Soekarno
mengidamkan bangsa Indonesia yang sangat majemuk ini menjadi bangsa yang damai,
aman dan tenteram yang diibaratkan dibawah kepemimpinan penguasa yang mempunyai
sifat seperti dewa Wisnu, yaitu melindungi rakyat dari segala marabahaya dan
menjamin kesejahteraan rakyat.
0 komentar:
Posting Komentar