Rabu, 30 Januari 2013

Mahatma Gandhi ; Perjuangan Tanpa Kekerasan

0 komentar
….apabila kekerasan dibalas dengan kekerasan hanya akan melahirkan kebencian dan tidak melahirkan bibit-ninitpermusuhan baru.  Gandhi mengajarkan kita pada pentingnya memperjuangkan sesuatu berdasarkan kebenaran(satyagraha). Lebih lanjut, perjuangan itu juga harus berada di jalan yang benar dan bermoral. 


Mohandas Karamchand Gandhi lahir di Porbandar,GujaratIndia Britania2 Oktober 1869 dan meninggal di New Delhi, India 30 Januari 1948 umur 78 tahun.

Gandhi telah mulai merintis perjuangannya sejak di berada di Afrika Selatan. Pada tahun 1893 dimana dia melihat adanya perlakuan diskriminasi yang dilakukan oleh pemerintah setempat terhadap masyarakat India, serta masyarakat kulit hitam di sanauntuk melakukan tindakan non-kooperasi terhadap pemerintah / penguasa Afrika Selatan. 

Gandhi menemukan penindasan tidak hanya pada mereka yang membangkang, namun juga pada yang luka-luka dan meregang nyawa. Dalam catatan hariannya, Gandhi menulis, "Saat itu tak ada orang Eropa yang bersedia membantu membalut luka mereka...Kami harus membersihkan luka-luka orang Zulu yang tidak dirawat setidaknya setelah lima atau enam hari yang lalu, karena itu luka-lukanya membusuk dan sangat menakutkan. Kami menyukai pekerjaan kami."Situasi itu menjadi peletup kesadaran Gandhi bahwa kekerasan tak bisa diselesaikan dengan kekerasan. Bila mata dibalas dengan mata, semua manusia akan gelap mata. Kesadaran lain yang muncul saat itu adalah bahwa ia harus memberikan pelayanan terhadap semua manusia dengan segenap jiwa raganya.

Kesadaran ini diwujudkan dalam prinsip perjuangan: bramkhacharya (mengendalikan hasrat seksual), satyagraha (kekuatan kebenaran dan cinta), swadeshi (memenuhi kebutuhan sendiri) dan ahimsa (tanpa kekerasan terhadap semua makhluk). Setelah itu, Gandhi terus-menerus melakukan perlawanan kesewenang-wenangan dengan gerakan tanpa kekerasan. Misalnya, Gandhi menolak aturan diskriminatif dengan mogok makan, berjalan kaki bermil-mil, membuat garam sendiri ketika semua rakyat harus membeli garam dari pemerintah Inggris, dan sebagainyaBagi Gandhi, hasrat seksual merupakan sumber dari kejahatan dan cenderung mementingkan diri sendiri, yaitu nafsu, amarah, dan agresi. Hasrat seksual dapat ditaklukkan melalui penolakan terhadap adanya pamrih yang selalu mengikuti perbuatan, untuk itulah ia bertekad menjalani prinsip bramkhacharya. Ketiadaan pamrih dapat dilakukan bila jiwa terikat pada prinsip Kebenaran Ilahiah. Inilah prinsip satyagraha, yaitu kepercayaan bahwa jiwa dapat diselamatkan dari kejahatan dunia, dan juga dapat memberikan pertolongan, sejauh jiwa itu senantiasa berada dalam pencariannya terhadap Tuhan melalui kebenaran dan hanya kebenaran.Swadeshi dapat diartikan dalam beberapa arti yang bermacam-macacm oleh kaum politik India itu sendiri. Ada yang mengartikan sebagai suatu boikot tak mau membeli barang-barang buatan Inggris, yakni sebagi suatu taktik pejuangan menyerang.
Ada pula yang mngartikan sebagai hanya sebagai usaha positif memajukan kerajinan sendiri, pertukangan sendiri, industrialisme sendiri. Ada yang memandangnya sebagai suatau senjata politik, dan ada yang pula yang memandangnya sebagai suatu usaha ekonomi yang bersangkutan dengan politik sama sekali.Sementara itu, ahimsa adalah kekuatan cinta, suatu penghormatan pada semua bentuk kehidupan. Ini adalah ajaran yang dimiliki semua agama, yaitu manusia memiliki kewajiban menghindari kejahatan dengan melakukan perbuatan-perbuatan baik di dunia. Tentang ahimsa Gandhi menyatakan, "Ahimsa...bukan sekadar tingkatan tidak melakukan penyerangan secara negatif tetapi...tingkatan cinta yang positif, berbuat baik bahkan kepada pelaku kejahatan". Ajaran Gandhi ini didasarkan pada beberapa asumsi. Pertama, kemerdekaan dan kesejahteraan hanya dapat dimulai dari kemandirian individu. Maka masing-masing individu-individu harus mampu menyalurkan hasrat negatifnya pada tindakan-tindakan positif.Kedua, Gandhi meyakini bahwa perkembangan dan kemajuan akan diperoleh tidak melalui konsesi-konsesi dan reformasi-reformasi konstitusional, tetapi melalui perjuangan yang dilakukan oleh rakyat sendiri secara bersama. Untuk dapat membangkitkan kebersamaan itu dibutuhkan kekuatan cinta dan kerelaan untuk mengalami penderitaan rakyat.
Cinta dan penderitaan sesama inilah yang dapat merekatkan perbedaan identitas dalam relasi saling ketergantungan yang dapat menghentikan konflik.Melalui ajarannya itu, sejak tahun 1906, Gandhi terus-menerus berjuang melawan penjajahan dengan cinta dan solidaritas. Sejak tahun itu, Gandhi menyerukan kepada seluruh rakyat India untuk membuat beberapa bentuk kerajinan tangan sehingga tak ada lagi yang akan menjadi beban masyarakat. Gandhi berseru kepada rakyat India untuk menemukan kembali hubungan yang murni dan orisinil antara manusia dengan alam, karena dia yakin bahwa perceraian dengan alam adalah sumber dari segala penyakit.Gandhi berseru agar rakyat mendidik dirinya mengenai dasar-dasar kesehatan dan lingkungan yang sehat, supaya bisa mencegah dan menghentikan bibit-bibit penyakit. Gandhi berseru agar melakukan berbagai aktivitas semacam pemeliharaan hutan dan memelihara lebah, membuat barang pecah belah dan kertas, sehingga tak ada seorang pun yang tidak mempunyai makanan, peralatan atau buku.Gandhi berseru untuk mengembangkan pendidikan dasar melalui program kerja dan belajar di sekolah, sehingga anak-anak tumbuh dengan mengetahui cara membaca, menulis dan bagaimana bekerja dengan tenaga fisik. Gandhi menyerukan kepada rakyat berpartisipasi dalam majelis-majelis desa dan dengan cara ini rakyat dapat belajar memecahkan masalahnya sendiri.Gandhi dengan ajaran anti kekerasan (ahimsa) yang dilakukan untuk kemerdekaan India telah memberi inspirasi kepada seluruh dunia. Dengan ajaran-ajarannya tersebut, hidup sederhana pun ia jalani. Dengan ahimsa perlawanannya cukup memberikan kekuatan kepada rakyat untuk turut serta melawan kekerasan. Ahimsa adalah perjuangan dengan kekuatan cinta dan kasih sayang.
Perjuangan untuk tidak menyakiti baik fisik maupun pikiran sehingga ahimsa bukan semata-mata menyakiti secara fisik. Melainkan perjuangan untuk melawan suatu ketidakbenaran. Ajaran ahimsa yang dianut oleh Gandhi menurut penulis merupakan bentuk representasi dari pengalaman uang diterimanya dalam lingkingan keluarganya, karena sebagaimana yang telah diketahui bahwa Gandhi berasal dari keluarga yang religius yang menghargai nilai-nilai kemanusiaan dan rasa cinta kasih terhadap sesame.Ajaran selanjutnya dari Gandhi adalah swadesi atau berusaha untuk mandiri dengan mencukupi kebutuhan diri sendiri. Ini tidak serta merta dilakukan begitu saja, namun harus dibangun sistem untuk menciptakan kekuatan baik pada diri maupun kepada rakyat. Misalnya membangun perekonomian yang menghidupkan kekuatan masyarakat sehingga menghilangkan ketergantungan pada pihak asing. Pendidikan juga memiliki peran penting dalam mewujudkan kemandirian ini, karena disinilah karakter masyarakat dibentuk untuk melakukan pengendalian diri. Bagi penulis, ajaran ini merupakan bentuk kekhawatiran Gandhi terhadap masuknya produk-produk asing ke India sehingga masyarakat India semakin konsumtif untuk itulah kemudian dia mengajak rakyat India agar mau untuk memproduksi barang-barangnya sendiri tanpa harus bergantung terhadap produk asing.Bramkhacharya merupakan salah satu prinsip ajaran Gandhi yang terlihat tidak terlalu menonjol dibanding ajaran-ajarannya yang lain.
Ajaran ini memusatkan diri pada pengendalian hawa nafsu (seksual), dimana dia beranggapan bahwa segala kejahatan di muka bumi ini dapa diredam apabila manusia dapat mengendalikan hawa nafsunya. Bagi penulis ajaran tersebut cukup baik, namun mematikan hasrat seksual bagi manusia dapat menghancurkan peradaban manusia itu sendiri.Melalui satyagraha, berpegang teguh pada kebenaran yang dibarengi dengan teladan membuat Gandhi diikuti oleh banyak pengikutnya. Apalagi dengan ditambah kejujuran dan kesederhanaan Gandhi. Satyagraha menekankan sebuah perjuangan menentang ketidakadilan melalui kesediaan diri menanggung penderitaan. Beberapa gerakan satyagraha yang dipimpin Gandhi di India adalah berjuang untuk para petani miskin pribumi Champaran, pemogokan buruh pabrik di Ahmedabad dan Kheda, melakukan pembaruan pada Konggres Nasional India dan yang paling fonumental adalah mengubah resolusi penting menuntut status dominian bagi India dibawah pengawasan gerakan Satyagraha di seluruh India di Kalkutta pada Desember 1928.
Gandhi adalah pemimipin yang paling inspirasional pada awal abad 20. Advokasinya tentang aksi ketidakpatuhan warga serta tanpa kekerasan adalah cara yang paling efektif untuk mencapai perubahan sosial yang mempengaruhi pergerakan-pergerakan lain di dunia, seperti perjuanagan Marthin Luther King Jr. di Amerika Serikat yang terinspirasi oleh perjuangannya dalam menuntut persamaan hak dan penghapusan tindakan diskriminasi antara masyarakat kulit putih terhadap masyarakat kulit hitam.Jika ajaran Mahatma Gandhi diikuti, relatif hal itu akan bisa terhindari. Andaikan banyak pihak mau mengikuti gerakan ahimsa (ajaran yang menolak kekerasan), maka korban kemanusiaan tidak akan terjadi. Karena apabila kekerasan dibalas dengan kekerasan hanya akan melahirkan kebencian dan tidak melahirkan bibit-ninit permusuhan baru.  Gandhi mengajarkan kita pada pentingnya memperjuangkan sesuatu berdasarkan kebenaran (satyagraha). Lebih lanjut, perjuangan itu juga harus berada di jalan yang benar dan bermoral. 

Setidaknya ada 10 ajaran Mahatma Gandhi yang cukup dikenal oleh dunia. Berikut kutipannya.

1. Change Yourself

“You must be the change you want to see in the world.”
Kau sendiri mesti menjadi perubahan seperti yang kau inginkan terjadi dalam dunia ini
2. You are in Control.
“Nobody can hurt me without my permission.”
Tak seorang pun dapat menyakitiku bila aku tidak mengijinkannya.
3. Forgive and Let it Go.
“The weak can never forgive. Forgiveness is the attribute of the stron. An eye for eye only ends up making the whole world blind.”
Seorang lemah tidak dapat memaafkan. Kemampuan untuk memaafkan hanyalah ada pada mereka yang kuat. Bila pencungkilan mata dibalas dengan mencungkil mata, maka seluruh dunia akan menjadi buta.
4. Without Action You aren’t Going Anywhere.
“An ounce of practice is worth more than tons of preaching.”
Satu ons tindakan lebih baik daripada berton-ton dakwah.
5. Take care of this moment.
“I do not want to foresee the future. I am concerned with taking care of the present. God has given me no control over the moment following.”
Aku tidak tertarik untuk melihat apa yang dapat terjadi pada masa depan. Aku tertarik dengan masa kini. Tuhan tidak memberiku kendali terhadap apa yang dapat terjadi sesaat lagi.
6. Everyone is Human.
“I claim to be a simple individual liable to err like any other fellow mortal. I own, however, that I have humility enough to confess my errors and to retrace my steps.”
Aku hanyalah seorang manusia biasa yang dapat berbuat salah seperti orang lain juga. Namun, harus kutambahkan bahwa aku memiliki kerendahan hati untuk mengakui kesalahan-kesalahanku dan memperbaikinya.
7. Persist.
“First they ignore you, then they laugh at you, then they fight you, then you win.”
Awalnya, mereka meremehkanmu, kemudian mereka menertawakanmu, dan melawanmu, lalu engkau keluar sebagai pemenang.
8. See the Good in People and Help Them.
“I look only to the good qualities of men. Not being faultless myself, I won’t presume to probe into the faults of others.”
Aku hanya melihat sifat-sifat baik di dalam diri sesama manusia. Karena, diriku sendiri tidak sepenuhnya bebas dari keburukan, maka aku tidak membedah orang lain untuk mencari keburukan mereka.
“Man becomes great exactly in the degree in which he works for the welfare of his fellow-men”.
Manusia menjadi besar selaras dengan kebaikan yang dilakukannya bagi sesama manusia.
“I suppose leadership at one time meant muscles; but today it means getting along with people”.
Barangkali otot menjadi tolok ukur bagi kepemimpinan pada masa lalu. Sekarang, tolok ukurnya adalah hubungan dengan sesama manusia.
9. Be Congruent, be Authentic, be Your True Self.
“Happiness is when what you think, what you say, and what you do are in harmony.” Keselarasan antara apa yang kau pikirkan, apa yang kau ucapkan, dan apa yang kau lakukan – itulah kebahagiaan.
“Always aim at complete harmony of thought and word and deed. Always aim at purifying your thoughts and everything will be well.”
Jadikanlah keselarasan antara pikiran, ucapan, dan tindakan sebagai tujuanmu. Jadikanlah pemurnian pikiran sebagai tujuanmu – maka semuanya akan beres.
10. Continue to Grow and Evolve.
“Constant development is the law of life, and a man who always tries to maintain his dogmas in order to appear consistent drives himself into a false position.”
Perkembangan terus-menerus itulah hukum alam. Seseorang yang ingin bertahan dengan dogma-dogma (lama) untuk menunjukkan konsistensi diri, sesungguhnya berada pada posisi yang salah.
*dari berbagai sumber : http://www.kadnet.org
Read full post »

Kamis, 24 Januari 2013

Revolusi

0 komentar
Salam Progresif Revolusioner..

Mungkin ada yang bertanya , Who am I ? saya akan menjawab, inilah saya satu dari kesekian kaum marjinal yang masih bernafas dibumi yang sudah usang ini. Saya lebih memilih bergaul dengan kaum Kiri yang pro revolusi, Anti Neolib, dan Oposisi. Berbagai organisasi pergerakan yang muncul dari sebelum kemerdekaan sampai pasca kemerdekaan tentulah punya tujuan tertentu yakni mencapai Indonesia yang lebih baik disegala sendi kehidupan negara ini. Ada yang memilih Koalisi dengan maksud awal visi mereka sama seperti membangun negeri tapi ada juga maksud busuk terselubung seperti mengamankan kepentingan pribadi atau golongan mereka sendiri. Lain juga Oposisi yang dianggap sebagai kaum yang berseberangan dengan sistem bahkan disebut pemberontak (padahal tidak juga demikian) yang timbul dari ketidakpuasan atas roda pemerintahan atau sistem yang berjalan. Ketidakpuasan bisa melahirkan benih-benih pola pergerakan yang mencapai klimaks seperti Revolusi. Revolusi merupakan perubahan social dan budaya yang berlangsung cepat atau lambat dan bisa direncanakan atau tidak dan dilakukan tanpa kekerasan atau dengan kekerasan merupakan langkah akhir yang biasa dilakukan dari para pengejar keadilan. 
Pun demikian disini saya tidak akan mengajak anda mengadakan gerakan revolusi secara radikal, tapi marilah kita mengimplementasikan revolusi dimulai dari hati, pikiran dan perbuatan tanpa unsur anarki mulai dari pribadi kita. Melakukan perubahan dalam diri memang sulit, menolak segala macam yang bersifat negatif sementara keadaan tidak memungkinkan, hal ini yang menjadi PR bagi mereka yang ingin melakukan gerakan perombakkan.

Dari benih revolusilah muncul kehendak untuk merobohkan tirani bengis, menghantam bahkan menjebol sistem yang tidak pro rakyat serta membangun kembali sistem yang dulunya rusak ke sistem baru yang lebih baik. Untuk itu, mari kita rubah pola hidup kita menjadi manusia yang cerdas dan berpikir kritis akan keadilan, dan berani melakukan protes jika ada yang tidak benar dan menolak segala kebiadaban persekongkolan jahat sambil berani bertaruh rela melepas segala kepentingan-kepentingan sesat yang tidak senapas dengan Pancasila. Semuanya akan berhasil ketika kita dengan berani melakukan semua itu, niscaya Indonesia yang lebih baik tidak sebatas fatamorgana saja.

Read full post »

Selasa, 22 Januari 2013

Curva Nord ; Persaudaraan Abadi Laziale-Interisti

0 komentar


Sebuah Catatan Panjang Sejarah dan Kejadian Dramatis

Stadio Giuseppe Meazza, San Siro, Milano, 23 April 2011. Menjelang laga Inter vs Lazio di pekan-pekan terakhir yang krusial di Serie A musim 2011/2012. Lazio sedang bersaing keras dengan Udinese untuk mengamankan tempat di UCL dan Inter sedang berjuang keras menghidupkan asa scudetto yang hampir pasti diraih AC Milan. Ketika kedua tim memasuki lapangan, dari salah satu bagian stadion puluhan flare warna biru langit dinyalakan, disusul pekikan ribuan orang: “A Roma Ce Solo Lazio” atau “Di Kota Roma Hanya Ada Lazio”. Kita yang hanya menyaksikan lewat televisi tentu mengira itu adalah ulah suporter Lazio. Sebenarnya bukan, flare dan teriakan itu justru dilakukan dari Curva Nord Stadio GM oleh puluhan ribu Interisti yang tergabung dalam Boys SAN dan beberapa kelompok ultras Inter lainnya. Baru setelah itu dari sisi Irriducibili Lazio dinyalakan flare warna biru gelap (warna Inter) dan para Laziali meneriakkan “Forza Inter Ale”. Itu adalah ritual selamat datang dari Interisti untuk Laziali dan tanda persahabatan Laziali bagi Interisti. Ritual itu sudah berusia lebih dari satu dekade sejak kedua kelompok suporter ultras menjalin gamellaggio (twinning, persaudaraan). Di Stadio Olimpico, ritual dilakukan sebaliknya. Irriducibili Lazio menyalakan flare biru gelap disertai teriakan “Forza Inter Ale” dan dibalas oleh Interisti dengan flare biru langit dan teriakan “A Roma Ce Solo Lazio.”


Dengan kaos hitam berlogo Lazio

Mengapa kita bersahabat dengan Inter? Karena sama-sama menempati Curva Nord? Dan mengapa Lazio berseteru dengan AS Roma? Karena menghuni kota yang sama? Itu memang salah satu alasan tetapi latar belakang sesungguhnya adalah sebuah sejarah panjang dan kompleks, dimulai bahkan dari saat awal eksistensi kedua klub itu.

Takdir Mulai Saat Kelahiran

SS Lazio dibentuk tahun 1900 oleh para politisi dan usahawan berhaluan politik kanan dan anti-Yahudi serta berbasis pendukung kaum terpelajar dan kalangan menengah-atas Roma. Kelompok berhaluan serupa juga lah yang mendirikan Inter saat melepaskan diri dari AC Milan tahun 1908.

Saat diktator fasis Benito Mussolini berkuasa di Italia, dia memerintahkan semua klub di kota Roma di-merger menjadi AS Roma tahun 1927. Semua mematuhi, kecuali SS Lazio yang menentang dan tetap berdiri sendiri. AS Roma dikuasai oleh golongan kiri dan didukung oleh kelas buruh dan masyarakat Yahudi (kelompok serupa yang mendukung AC Milan). Di kota Milan, Mussolini melakukan hal yang sama, dan Inter melakukan penentangan yang sama sehingga sementara harus berganti nama menjadi Ambrosiana Milano. Sejarah awal ini telah menyemai ikatan antara SS Lazio dan Inter serta menempatkan AS Roma dan AC Milan pada pihak yang berseberangan. Lokasi yang sama di Curva Nord (Lazio dan Inter) dan di Curva Sud (AS Roma dan AC Milan) makin mempertajam perbedaan ini. Dan, tentu saja, faktor lokasi di Kota yang sama menjadikan persaingan Lazio-Roma menjadi semakin memanas. Lazio dan pendukungnya merasa sebagai yang pertama di Roma, sedangkan AS Roma menganggap dirinya satu-satunya klub yang menyandang nama kota.

Persaingan ini sedemikian panasnya, sehingga Derby della Capitale (SS Lazio vs AS Roma) dinobatkan sebagai derbi paling panas di Italia bahkan di Eropa, melebihi Derby della Madoninna (Inter vs Milan), Derby Manchester (MU vs Manchester City) bahkan mengungguli El Classico (Barcelona vs Madrid). Kalau Interisti dan Milanisti hanya panas di dunia maya tetapi bersahabat di dunia nyata, Laziali dan Romanisti berseteru dalam arti sebenarnya, di dunia maya maupun di dunia nyata. Hampir tak pernah terjadi Derby della Capitale tanpa kerusuhan. Tercatat beberapa nyawa melayang dan ratusan orang telah terluka karena derbi ini. Derby della Capitale adalah “neraka” sepakbola Italia.



Gamellaggio Lazio-Inter

Persaudaraan ini terjadi sepanjang sejarah. Tak pernah ada catatan insiden antara Laziali dan Interisti. Kesamaan aliran politik dan basis pendukung membuat kedua kelompok suporter ini selalu rukun. Gamellaggio secara formal terjadi saat kedua suporter bertemu dalam final UEFA Cup tahun 1998 di Paris yang dimenangkan Inter dengan 3-0. Sikap ksatria Irriducibili Lazio dan sikap simpatik Boys SAN Inter membuat kedua suporter mendapatkan penghargaan fair play dari UEFA. Dan saat itu tercapailah kesepakatan persaudaraan antara Laziali dan Interisti yang makin menguat hingga hari ini.

Inilah beberapa kejadian unik yang menunjukkan eratnya gamellagio Lazio-Inter:

Nasib Tragis Zaccheroni, 5 Mei 2002

Pada pertandingan giornata 34 musim 2001/2002 tanggal (match terakhir, karena saat itu Serie A hanya berisi 18 tim), terjadi peristiwa yang unik di Stadio Olimpico pada laga Lazio vs Inter. Saat itu Inter di ambang juara karena cukup dengan mengalahkan Lazio maka mereka akan meraih scudetto mengungguli Juventus. Maka Laziali di Stadio Olimpico, dimotori Irriducubili Lazio mendukung Inter habis-habisan dan meminta Lazio kalah, agar yang mendapatkan scudetto Inter, rival Lazio: Juventus. Sayangnya malam itu para punggawa Nerazzurri gagal meraih scudetto yang sudah di depan mata, kalah 2-4 dari Biancoceleste. Dan Juventus merebut scudetto dengan 71 poin, diikuti Roma dengan 70 poin. Inter sendiri di posisi ketiga dengan 69 poin. Akibat kejadian ini, Irriducibili Lazio mendemo manajemen Lazio dan meminta allenatore Lazio, Alberto Zaccheroni dipecat. Zaccheroni pun akhirnya mengundurkan diri. Dia dimusuhi Laziali justru karena timnya memenangkan laga. Ironis, tapi itulah jiwa Irriducibili Lazio: persahabatan dan solidaritas ditempatkan di atas sepak bola itu sendiri.

Stadio Giuseppe Meazza Tanpa Banner dan Flare, 5 Desember 2007

Pada tanggal 11 November 2007, seorang DJ terkenal di kota Roma, Gabriele Sandri, seorang pendukung ultras Lazio, menjadi korban tak berdosa dalam kerusuhan antara sekelompok suporter anarkis Juventus dan kepolisian kota Roma. Sandri tertembak di bagian belakang kepalanya oleh polisi. Kerusuhan pun meledak, menuntut keadilan. Tidak hanya karena para Laziali menyerang kantor polisi Roma, tapi juga di Milano, oleh Interisti menyerang kantor polisi Milano menunjukkan solidaritasnya. Untuk menghormati Sandri, Inter menunda pertandingan Inter vs Lazio di Stadio Giuseppe Meazza yang seharusnya digelar 14 November menjadi tanggal 5 Desember 2007. Saat pertandingan berlangsung, Boys SAN Inter memprakarsai mengheningkan cipta selama 5 menit di stadion untuk menghormati Sandri. Dan malam itu, di Curva Nord Giuseppe Meazza, tempat para Interisti, sama sekali tidak terlihat sepotong pun spanduk, banner ataupun sebuah flare pun yang mereka nyalakan. Kelompok-kelompok ultras Inter hanya membentangkan sebuah spanduk besar dengan tulisan warna biru langit berlatar belakang biru gelap bertuliskan: “Gabriele Sandri, Kau Akan Selalu Berada di Hati Kami”.

Korban Berikutnya, Jersey No 12 SS Lazio, Minggu, 2 Mei 2010

Stadio Olimpico Roma dipenuhi pendukung Lazio dan Inter yang menantikan pertandingan Serie A giornata 36 musim 2009/2010. Pertandingan ini sangat menentukan bagi kedua tim. Bagi inter, memenangi pertandingan ini akan mempermudah meraih Scudetto, dan akan mengambil alih poisisi cappolista dari AS Roma yang sementara unggul 1 poin. Bagi Lazio memenangi pertandingan ini akan lebih mengamankan diri dari kemungkinan degradasi ke Serie B, karena saat itu Lazio berada di posisi 17 dan hanya terpaut 4 poin dari zona merah.

Ritual gamellagio seperti pada pembuka tulisan ini pun dilakukan. Itu hal biasa. Yang luar biasa adalah banyak bendera Inter dan spanduk-spanduk pemberi semangat bagi Inter dikibarkan oleh Irriducibili Lazio. Yang paling mencengangkan tentu saja sebuah spanduk para Laziali yang ditujukkan kepada para pemain Lazio sendiri: "Kalau sampai menit ke 80 Lazio unggul, kami akan masuk ke lapangan!" Spanduk ini disita polisi tak lama kemudian tetapi muncul spanduk-spanduk lain yang tak kalah mengerikan: "Nando (maksudnya Fernando Muslera), biarkan bola melewatimu, dan kami akan tetap menyayangimu." "Zarate, satu gol saja kau cetak, kami paketkan kau ke Buenos Aires." Rupa-rupanya para pendukung Lazio ingin agar Inter mengalahkan timnya malam itu, untuk melicinkan jalan Inter menuju scudetto. Mereka lebih memilih risiko Lazio turun ke Serie B daripada Roma yang memperoleh scudetto.

Suasana pertandingan pun menjadi sangat aneh. Lazio sama sekali tidak memperoleh dukungan fans-nya sendiri walaupun bermain di Olimpico. Sebaliknya Inter sebagai tamu justru memperoleh dukungan luar biasa. Setiap kali pemain Inter menguasai bola, para Laziali berteriak, "Biarkan mereka lewat!" Malam itu portiere Lazio, Fernando Muslera, bermain sangat gemilang. Tak kurang dari 10 penyelamatan luar biasa dilakukannya. Tiap kali Muslera menggagalkan gol Inter, teriakan cemoohan pun berkumandang ke arahnya. Akhirnya pada injury time babak pertama, tandukan Walter Samuel mengubah skor menjadi 0-1. Stadion bergelegar dan muncul spanduk ejekan dari Laziali bertuliskan, "Oh, Noooo Roma!" dan, "Scudetto Game Over, Roma!"

Di babak kedua mental pemain Lazio (kecuali Muslera yang tetap bermain gemilang) pun runtuh. Kesalahan demi kesalahan dilakukan dan membuat Thiago Motta menggenapkan kemenangan Inter menjadi 0-2 di menit ke 70. Di akhir pertandingan, para pemain Lazio meninggalkan pertandingan dengan sedih dan marah karena merasa “dihianati” Laziali. Presiden Roma, Rosella Sensi mengecam habis-habisan ulah Laziali tersebut. Jose Mourinho hanya berkomentar pendek, "Saya belum pernah menyaksikan yang seperti ini." Asisten pelatih Lazio mengakui bahwa anak asuhnya sangat terpengaruh oleh suasana stadion dan tidak bisa menampilkan performa terbaiknya.

Inter akhirnya merebut scudetto 2009/2010 dengan keunggulan 2 poin atas AS Roma. Syukurlah, Lazio mampu memenangi 2 laga sisa, terhindar degradasi dan menempati posisi akhir klasemen di urutan ke 12. Insiden ini membuat presiden Lazio, Claudio Lotito marah besar. Tahun 2003 Lazio memutuskan untuk mengistirahatkan jersey no. 12 sebagai penghormatan pada Irriducibili Lazio sebagai "pemain ke 12". Tetapi karena kejadian ini (ditambah lagi dengan kehadiran politisi lawan Lotito di tribun Irriducibili Lazio beberapa pertandingan sebelumnya) maka jersey no. 12 ditarik kembali dari peristirahatannya dan pada musim 2010/2011 dipakai oleh portiere kedua Lazio, Tomasso Berni. Musim 2011/2012 jersey no 12 dipakai oleh difensore Marius Stankevicius. Satu bukti lagi, bahwa bagi Irriducibili Lazio, persahabatan dan solidaritas adalah yang terpenting.

Kawan dan Rival Bersama, Bagaimana di Indonesia?

Sejarah telah berbicara, dan akhirnya menempatkan AS Roma, AC Milan dan Juventus sebagai rival bersama Lazio dan Inter. Di Indonesia, gamellagio Lazio-Inter ini masih sangat kurang terasa. Tak jarang Laziali dan Interisti justru terlibat perdebatan panas di berbagai grup dan fanpage. Padahal di Italia, persaudaraan ini demikian erat di dunia maya dan di dunia nyata. Yang telah ada adalah menempatkan AS Roma, AC Milan dan Juventus sebagai rival bersama. Satu keanehan lagi di Indonesia, Milanisti dan Juventini cenderung bersahabat, sementara di Italia, mereka berdua adalah rival.

(Dari berbagai sumber: forum LaCurvaNord, LazioForever, ForzaInterForums, UltrasLazio dan IrriducibiliLazio).

Penulis asli:Galuh Lazialita Biancocelesti



Read full post »

Senin, 21 Januari 2013

Jatuhnya Helikopter ; Aku dan Misi Kemanusiaan

0 komentar
Saya dengan bangkai pesawat
Rabu (03/08/11) siang itu saya menjelani aktifitas seperti biasa, berkutat dengan penatnya rutinitas kerja yang harus kujalani demi untuk memenuhi impian saya suatu kelak nanti. Tanpa terasa siang telah berganti sore waktunya aku pulang kerumah, bergegas kumemacu kuda besiku untuk segera pulang. Dirumah, Sambil melepas lelah dengan mendengarkan senandung lagu di laptop mungilku, tiba-tiba saya dikejutkan oleh bunyi tanda pesan dari HP saya, dengan malasnya aku membaca "ada helikopter jatuh" hmm.. dengan santainya saya bergumam mungkin ini iseng dari teman saya bernama "Bryan" . Malamnya HP saya berdering dan kulihat dilayar HP saya yang memanggil si Bryan, "halo fian, segera menuju kelurahan duasudara sekarang, ada helikopter jatuh......." betapa terkejutnya saya kalau pesan singkat tadi itu benar. Bergegas saya mempersiapkan peralatan saya mulai dari Trekking atau sepatu gunung, senter, dan lainnya tak lupa juga saya berkordinasi dengan Bryan untuk memanggil Ricky untuk segera meluncur kelokasi. Saya, Bryan dan Ricky ketemu dilokasi dikelurahan Duasudara, disana kami bertiga membawa panji KSR PMI Bitung melakukan meeting bersama personil SAR, TNI/POLRI, Dinas Kesehatan, Pers dan masyarakat setempat untuk segera mencari lokasi jatuhnya helikopter. 

Ricky (berbaju biru)
Sekitar pukul 20.00 Wita kami bersama dengan tim penyelamat lainnya melakukan perjalanan penyusuran hutan dan pendakian gunung duasudara. Dengan keadaan yang hanya mengandalkan alat penerang (senter) dan keadaan medan yang berat maka tim penyelamat memutuskan untuk membagi dalam tiga tim untuk menyusuri gunung duasudara. Disinilah saya berpisah dengan Bryan dan Ricky karena mengikuti regu masing-masing. Sepanjang pendakian semak belukar yang masih perawan, kami tebas dengan parang bahkan ada yang menggunakan tangan sekedar menjambak semak belukar tersebut agar tidak menghalangi jalan, medan yang terjal bahkan pemandangan Kota Bitung dengan kerlap-kelip lampunya bisa terlihat dengan jelas bahkan memberikan semangat dalam misi kemanusiaan. Semakin kami mendaki semakin tercium bau Avtur (bahan bakar helikopter) dan sesampainya dilokasi, lelahpun seakan tidak berarti ketika kami melihat keadaan disitu, dimulai tumbangnya pohon-pohon akibat diterjang helikopter sampai (maaf) saya tidak bisa menggambarkan lebih keadaan dilokasi tersebut (alasan etika). 


Bryan
Jam ditangan saya waktu itu menunjukkan pukul 1 subuh dan tak lama berselang tim Bryan dan Ricky tiba dan kami bertiga bersama tim penyelamat lainnya segera mengevakuasi korban sementara personil lainnya mensterilkan lokasi. Waktu evakuasi
para korban berlangsung sampai pagi......................
Salam Kemanusiaan ;
(Alfian Alow, Bryan Rooroh, Ricky Tenda) 


Read full post »

Minggu, 20 Januari 2013

Renungan Malam HUT RI (16-08-2012)

0 komentar
Aksi Teatrikal
Menyambut HUT RI ke-67, Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Kota Bitung melakukan renungan malam. Renungan malam ini sendiri digelar di pusat pertokoan Kota Bitung yang diisi dengan berbagai aksi yang menggambarkan kondisi dan situasi negara saat ini.
“Ini merupakan panggilan dari nurani kami yang bernaung di GMNI untuk memaknai hari bersejarah bangsa kita dengan menggelar malan renungan,” kata Ketua GMNI Bitung, Edwin Tumurang yang didampingi Sekretaris GMNI Alfian Alow.
Aksi ini sendiri menurut Tumurang dimulai pada pukul 20.15 Wita yang dibuka dengan orasi politik oleh pengurus cabang, selanjutnya renungan malam diselingi dengan pembacaan puisi dan menyanyikan lagu nasional serta aksi teatrikal yang ikut juga dibagikan selebaran mengenai sejarah kemerdekaan oleh para anggota.
“Banyak hal yang ingin kami sampaikan, terutama dalam peringatan HUT RI ke-67 tahun ini,” kata Tumurang.
Senada dikatakan Sekretaris GMNI Bitung, Alfian Alow menjelaskan, tema teatrikal yang diangkat adalah “mengapa tikus harus mati dilumbung padi”. Yang menggambarkan bagaimana kondisi rakyat jelata khususnya kaum tani dan buruh yang kesejahteraannya sungguh memiriskan karena sistem dinegara ini sangat tidak berpihak pada kaum kecil.
“Aksi ini bertujuan memberikan edukasi kepada masyarakat Kota Bitung tentang artinya kemerdekaan yang sudah mulai terkikis jaman. Masyarakat sekarang kurang memaknai hari bersejarah bangsa kita, pasti 17 Agustus akan lalu begitu seperti hari biasa lainnya. Inilah tugas kami untuk mengingatkan serta membakar kembali semangat nasionalis masyarakat Kota Bitung,” pungkas Alow.
Read full post »
 

Copyright © Hidup adalah Perjuangan Design by Free CSS Templates | Blogger Theme by BTDesigner | Powered by Blogger